My Day

Tuesday, February 13, 2007

Soul ( JIwa)



Dendam VS Memaafkan?

Seorang Pria (Dominggus,33 tahun) warga jalan Kupang Pandaan II Surabaya, Minggu (03/12), tewas di pinggir Kalimas Surabaya dengan tubuh penuh luka bacokan. Dominggus tewas dibunuh temannya dilatar belakangi dendam, karena sakit hati dengan korban yang selalu mengejek tersangka, Budianto. Kasus diatas hanyalah sebuah contoh dari pengakomodiran rasa dendam seorang manusia.

Apa itu dendam?

Rasa dendam yang dimiliki manusia itu wajar, namun sekarang kata wajar tersebut sampai sejauh mana seseorang bisa mengelola dendam itu. Artinya bukan dikelola terus menerus menjadi dendam, karena dendam yang terus menerus ada dihati manusia pasti akan membuat seseorang terhambat dan terhalang untuk kembali berhubungan sosial dan berhubungan baik kembali dengan orang yang didendami, dendam akan membuat seseorang menjadi stress. Menurut psikolog Widiawati Bayu, S.Psi yang juga staf pengajar di Universitas Atmajaya, Jakarta, dendam akan membuat seseorang jadi stress, karena orang tersebut menyimpan bara, istilahnya titik hitam yang secara terus menerus bergerak terus tanpa disadari, dimana ada satu kebutuhan dari manusia untuk membalas dendam.

Membalas dendam untuk menyakiti bahkan membuat kondisi menjadi satu sama bagi orang yang didendaminya. Hal seperti ini lah yang membutuhkan sikap memaafkan dari seseorang, memaafkan dengan ikhlas yang tak hanya sekedar lips service saja. Misalnya saat sedang marahan dengan teman, lalu akan bilang: ” iya...deh, aku sudah maafkan kok”. Ucapan seperti ilustrasi tersebut menurut Widia hanya lip service yang sifatnya hanya untuk seolah-olah memberikan gambaran bahwa masalah sudah selesai, tetapi terkadang didalam hati masih menyimpan rasa dendam itu.

Sifat dendam sangat terkait dengan kepribadian seseorang, orang yang punya sifat ekstrovert (terbuka) yang bisa berkomunikasi dengan baik, bisa bicara apa adanya, bisa mengemukakan ide dan perasaannya tentang ketidaksukaannya, sehingga apa yang menjadi tekanan dalam hatinya bisa tersalurkan karena terkomunikasikan dengan efektif. Tapi jika orang yang berkepribadian tertutup (introvert), ia kelihatannya dan mengucapkan kata ” gak apa-apa kok” berulang-ulang kali dan mengandung tanda petik, apakah ungkapan tidak apa-apanya itu betul-betul sudah menerima atau belum bisa membuang perasaan dendam. Karena orang yang introvert cenderung lebih susah mengkomunikasikan perasaan dan pikirannya serta berbicara apa adanya.Jadi semua dipendam sendiri, dan ketika dia balik badan pergi meninggalkan orang yang membuatnya kesal pasti menyimpan rasa dendam itu.

Seseorang dapat melakukan permintaan maaf, akan terkait dengan pola asuh orangtua. Dimana sejak kecil, orangtua sudah membiasakan untuk meminta maaf kepada siapa saja terutama dari anggota keluarga seperti adik, kakak, ayah-ibu. Meminta maaf bisa dimulai dari hal yang sifatnya kecil, karena bila dari kecil tidak dibiasakan meminta maaf jika berbuat salah bagaimana jika orang tersebut semakin dewasa. Proses belajar juga melalui teladan dari orangtua. Misalnya jika orangtua melakukan kesalahan, orang tua tidak perlu merasa malu dan superior untuk meminta maaf pada anak.Dari contoh teladan dan keterbiasaan yang dicontohkan sejak kecil, kelak bila dewasa akan memberikan kemampuan interpersonal skill.


Yang mengelompokan dendam tergantung pada kepribadian orang yang bersangkutan, jika seseorang tidak bisa memaafkan dan menganggap sesuatu itu menjadi hal yang harus dibalas itu sudah termasuk dendam dengan kadar berat. Sebab, si pendendam ini akan terus mengikuti orang yang membuatnya dendam terus menerus, selama belum terbalaskan dendamnya maka akan terus dendam. Secara tidak disadari, perasaan dendam yang membuncah ini terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan tependam lama. Lamanya tak hanya sehari dua hari bahkan tahunan, jika sudah tahunan bagaimana dapat melepaskan rasa dendam tersebut?. Melepaskan rasa dendam membutuhkan bantuan orang lain yang profesional, seperti psikolog.


Jika dendam dipelihara hingga bertahun-tahun, secara psikologis energi yang dimiliki akan terbuang sia-sia dan terserap untuk mengurusi dendam. Biasanya, jika seseorang mengalami rasa dendam dan berkonsultasi pada seorang psikolog, psikolog akan berusaha mencari benang merah dari dendam yang dimiliki oleh orang tersebut, jika tidak dibantu menghilangkan akan berpengaruh pada sikap saat ini.

Akomodir dari rasa dendam, akan terbentuk pada perilaku yang merugikan orang lain dan tidak hanya pada orang yang bersangkutan, misalnya timbul rasa trauma dan berusaha membuat sikap yang sama seperti yang sudah dilakukan terhadap diri seseorang dahulu. Permasalahan keluarga seperti orang tua yang bercerai karena dilatar belakangi oleh adanya wanita lain atau pria lain yang hadir dalam kehidupan orangtuanya, dapat memberikan dampak pada anak-anak dari keluarga yang broken home. Anak bisa dendam dan ketika berelasi sosial dengan orang disekitarnya akan timbul rasa antipati.Selain berusaha memaafkan, pendekatan diri secara vertikal (Tuhan) dan rasa ikhlas membantu meminimalisir rasa dendam yang ada dalam hati seseorang. Ismayanti

0 Comments:

Post a Comment

<< Home