My Day

Tuesday, April 13, 2010

Museum Seni Rupa Keramik


Keramik Karya Seni Klasik Yang Abadi

Tak banyak orang tahu bahwa keramik dan porselen yang ada di masyrakat sekarang ini ternyata banyak dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa lain.Namun yang pasti sejumlah Negara seperti Cina, Jepang dan Eropa banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan keramik dan porselen di Indonesia. Yang menarik, benda-benda cantik nan klasik disimpan rapih dalam Museum Seni Rupa dan Keramik,di Jakarta.

Dari luar, gedung bergaya Klasisme (klasik), dibangun tahun 1866-1870 oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Ir. W.H.F.H. Van Raders.Delapan pilarnya masih kokoh berdiri. Museum Seni rupa dan Keramik demikian nama gedung tua yang berlokasi di Jalan Pos Kota No.2, Jakarta Barat. Dahulu tahun 1870 gedung ini berfungsi sebagai Ordinaris Raad Van Justitie Binnen Het Casteel Batavia atau lebih dikenal dengan Dewan Kehakiman Pada Benteng Batavia.

Saat Jepang menduduki Indonesia di tahun 1942-1945, gedung ini berubah fungsi menjadi barak tentara KNIL, Belanda dan juga gudang perbekalan. Kemudian berubah fungsi lagi menjadi asrama TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan di tahun 1967-1973 juga pernah berfungsi sebagai kantor walikotamadya Jakarta Barat. Sejumlah keramik local dari berbagai daerah di tanah air, era kerajaan Majapahit abad ke-14 dan berbagai Negara di dunia seperti keramik dari Tiongkok khususnya dari dinasti Ming dan Ching, Thailand, Vietnam, Jepang, Timur Tengah dan Eropa dari abad 16 hingga awal abad 20.

Tak hanya keramik saja yang menjadi koleksi museum ini, sejumlah lukisan berupa hasil karya para pelukis dari berbagai periode seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, S. Sudjojono, Hendra Gunawan dan lukisan hasil karya pelukis era 80-an seperti Dede Eri Supria. Oleh karena itu pada museum ini dapat dilihat perkembangan seni lukis di Indonesia.Selain lukisan juga ada patung. Patung karya perupa terkemuka Indonesia G. Sidharta ikut menambah koleksi museum ini.

Menurut Dra.Dewi Rudiati Kadir, Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, koleksi-koleksi museum selain didapat dari sumbangan, pihak museum juga melakukan perburuan untuk menambah dan memperbanyak jumlah koleksi. “ Sayangnya 10 tahun terakhir ini, kami tidak menambah koleksi karya lukis. Sedangkan untuk keramik, kami baru mendapatkannya dari Dinas Bea Cukai sebanyak 8000 buah keramik. Keramik-keramik tersebut hasil sitaan Bea Cukai,” jelas Dewi.

Lebih lanjut Dewi menjelaskan bahwa keramik yang didapat dari Bea Cukai adalah jenis benda underwater atau dikenal dengan benda bersejarah yang ditemukan di dasar laut, terdapat pada kapal yang karam.”Negara kita juga kaya akan keramik local lho, antara lain dari Aceh,Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Malang, Lombok dan Bali.Masing-masing keramik baik yang local maupun yang luar negeri punya karakteristik dan gaya masing-masing,”jelas Dewi.Keramik dari Cina atau tiongkok misalnya, coraknya di dominasi dengan warna biru, sedangkan keramik dari Eropa seperti Belanda, coraknya sudah terdiri dari berbagai warna.

Lebih lanjut Dewi juga menjelaskan bahwa koleksi keramik di museum rata-rata berfungsi sebagai alat makan dan alat rumah tangga, ada piring, sendok, mangkuk, teko, piring kecil, cawan, gerabah, gentong dan guci. Dewi juga mengatakan bahwa perawatan yang dilakukan untuk koleksi-koleksi keramik cukup sederhana, biasanya keramik hanya di lap saja.

“ Kita hanya melap keramik saja, jika disikat dan dicuci takut jadi rusak,” paparnya.Koleksi-koleksi keramik bisa dilihat dilantai dasar dan lantai dua.Anda yang penasaran dan tertarik akan koleksi keramik museum ini bisa masuk dan menikmati keindahannya hanya dengan uang Rp 2 ribu.Anda tertarik?. Ismayanti

0 Comments:

Post a Comment

<< Home