My Day

Wednesday, June 24, 2009

Intervensi Pada Anak Berkebutuhan Khusus, Perlukah?

Tuhan menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang sudah Tuhan lakukan, tak ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan anak berkebutuhan khusus. Maka seharusnya orangtua dan masyarakat sekitar pun harus dapat menerima dan memahami masalah yang dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus ini, misalnya masalah akan kebutuhan sosialisasi, pendidikan, makanan dan gizi serta banyak lagi. Mungkin dalam benak kita selalu bertanya, apa sih anak berkebutuhan khusus?, identikkah anak-anak ini dengan keterbatasan fisik dan phisikis yang mereka miliki?.

Mungkin banyak dari Anda yang tidak tahu bahwa sebenarnya anak dengan berkebutuhan khusus tak hanya terlepas pada anak LD, ADHD, autisme saja namun juga termasuk didalamnya ada anak yang mengalami degradasi mental (down sindrom), tuna grahita, tuna wicara, tuna rungu. Mereka layaknya anak-anak normal pun berhak untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka perlukan, misalnya pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus ini, terkadang banyak orangtua yang belum memahami kondisi anak-anaknya. Para orangtua ini terkadang lupa bahkan menganggap bahwa anak-anak mereka tidak berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya saja masalah Romi, Bu Dewi ibu dari Romi selalu saja berkeluh kesah akan masalah anaknya. “Sekolah belum genap tiga bulan, sayasudah bolak-balik dipanggil guru tentang perilaku Romi di kelas.Ya, pusing, malu, kesal, bingung, campuraduk rasanya saat itu.Macam-macam keluhan guru tentang anak saya,”ungkapnya.
Pengalaman ibu Dewi, menjadi salah satu contoh permasalahan yang bisa saja dialami oleh banyak anak di sekolah dan orangtua lainnya. Terlebih diawal anak mulai memasuki ‘dunia baru’ pada masa balita.Ibu Dewi cukup beruntung karena segera peka terhadap situasi anaknya. Kepekaan dan sikap penerimaan yang wajar atas adanya permasalahan yang timbul dalam masa perkembangan, dapat menjadi modal berharga bagi upaya lanjut penanganan permasalahan belajar.Sikap ini menjadi langkah pembuka bagi upaya penanganan maupun penanggulangan permasalahan anak. Inilah awal dimana upaya intervensi dini penanganan permasalahan perkembangan dan belajar dapat dilakukan.

Apa Itu Intervensi Dini?

Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anakmereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya. Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif).
Indri Savitri, Psi dari LPTUI, Jakarta menjelaskan bahwa Intervensi dini adalah menelaah, mengamati perkembangan anak pada usia dini, antara 0-2 tahun. Dilihat apakah perkembangan anak ini masih masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi, patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, bagaimana anak merespon apa yang dilakukan orangtua terhadap anak. Juga dapat dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak.

Efektifitas Intervensi Dini Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan khusus, secara garis besar kesulitan belajar dapat dapat dimasukan ke dalam 2 kelompok, yang pertama adalah kelompok kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan kelompok lain adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).Kesulitan belajar akademik menunjuk pada penyesuaian perilaku social.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Kepekaan orangtua menangkap adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta , pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau berkebutuhan khusus berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.


Jenis Layanan intervensi Dini dan Pemberlakuan Terapi

Berbagai layanan intervensi dini yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya antara lain instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan keluarga, layanan penglihatan, teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan perawatan, audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis. Layanan-layanan tersebut dapat dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit.
Lebih lanjut Dr.Tjhin menjelaskan bahwa sebaiknya orangtua perlu berkonsultasi dengan tim intervensi dini anaknya agardapat maksimal mengatasi anak mereka, biasanya menurut Dr. Tjhin dalam satu tim intervensi dini tersebut terdiri dari dokter anak, psikiatri anak, psikolog perkembangan anak, ahli nutrisi, terapis dan bila memang diperlukan oleh anak maka dokter neurology anak dan dokter rehabilitasi medis juga harus ada.
Para ahli tersebut bekerjasama dengan terapis wicara, terapis perilaku, terapis okupasi maupun orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya, jika kemudian diketahui adanya permasalahn dalam perkembangan anak. Namun itu semua berpulang pada kondisi kebutuhan anak. Kegiatan pemberian perlakuan yang tersusun secara sistematis dan terstruktur dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dimulai dari pengumpulan data penilaian perkembangan anak, data selanjutnya diolah untuk melihat kedudukan anak dalam situasi perkembangan umum lalu orangtua atau pengasuh diberi pengarahan lalu pemberian metode intervensi dini bagi anak, pemberlakuan tindakan ini perlu dicermati agar berhasil.
Metode intervensi dini bagi kesulitan belajar perkembangannya sampai saat ini belum terstruktur secara khusus.Berbeda dengan anak-anak penyandang down sindrom, penyandang autistic spectrum disorder (ASD), penyandang Cerebral Palsy (CP) dan lainnya yang sudah memiliki program terstruktur dengan lembaga pendidikan maupun layanan intervensi dini yang khusus.Anak berkebutuhan khusus (ABK), penanganan intervensi dininya seperti ‘ada dan tiada’, karena mereka tersebar di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini umum dan mendapatkan perlakuan umum yang tentu saja kurang menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya.
Untuk jenis masalah kebutuhan khusus anak, pemberlakuan layanan intervensi dini pada jenis masalah anak berbeda, misalnya saja anak yang mengalami masalah autisme perlu melakukan deteksi dini sejak dalam kandungan, deteksi dini saat anak dilahirkan hingga usia 5 tahun melalui cara pengamatan maupun skrening, dengan cara CHAT (Checklist Autism in Toddlers, biasanya dilakukan pada anak diatas usia 18 bulan).
Sedangkan pada anak ADHD maka bentuk intervensi dininya dapat dilihat dari gejala perilaku anak sehingga bentuk terapinya antara lain Terapi medikasi atau farmakologi, Terapi nutrisi dan diet, terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas logam berat. Pemberlakukan terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur.


Penting bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar melakukan terapi secara holistic atau menyeluruh, penanganannya sendiri terang Dr Thjin dan psikolog Indri Savitri hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu. Sehingga masa transisi anak ke prasekolah dapat mulus terlaksana. Suatu rencana harus dibuat guna melancarkan transisi dari layanan intervensi dini ke prasekolah saat anak berusia 3 hingga 4 tahun.
Masa ini adalah masa bagi pihak sekolah untuk melakukan evaluasi komprehensif. Apakah anak memenuhi syarat masuk prasekolah atau tidak. Dilakukannya intervensi dini pada anak,setidaknya membantu orangtuadalam proseskegiatan pendidikan anak mereka kelak. Namun sayangnya, menurut DrThjin dan psikolog Indri Savitri sekolah bagi anak prasekolah di Indonesia belum ada. Padahal idealnya, sebelum anak memasuki usia sekolah, maka intervensi dini prasekolah perlu dilakukan. Ismayanti


BOX 1

Orang-orang di Sekitar Berikan Angin Surga

“Andai saja itu terjadi saat ini. Barangkali ceritanya akan lain. Profesional (dokter, psikolog, guru dan terapis) yang peduli dan memahami anak-anak berkesulitan belajar spesifik belum sebanyak dua dekade yang lalu.” Sepenggal cerita tersebut dituturkan oleh Erwin dan Heryati, sebut saja begitu, pasangan yang dikaruniai anak semata wayang berkesulitan belajar spesifik. Tepatnya ADHD (attention deficit and hyperactivity disorder) dengan aroma sedikit autisme.
Bisa dibayangkan, betapa pusing tujuh keliling pasangan tersebut dibuat oleh “ulah” buah hatinya. “Biasa, anak laki-laki kan memang suka begitu!” kata salah seorang dokter yang masih terbilang keluarga.“Dulu kamu juga seperti itu, sulit diajak berbicara!” tutur ibu Erwin menasehati.
Sejumlah komentar dan nasehat selalu terlontar bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Intinya sih memberikan angin surga terhadap kondisi buah hati.Ada baiknya bila orangtua jangan lekas pesismis, namun justru berpikir bahwa itu merupakan tantangan. Jangan berhenti mencari informasi. Kini, perkembangan penanganan kesulitan belajar spesifik sudah sangat komprehensif. Di Amerika misalnya telah memadukan berbagai pendekatan disiplin ilmu, seperti bio-fisiologi, psikiatri, psikologi, edukatif dan beberapa disiplin ilmu lainnya. Dipercaya, intervensi dini secara multidisiplin ini telah bisa membantu anak-anak berkesulitan belajar spesifik mampu menjalani kehidupan secara produktif sehingga meningkatkan kualitas hidup (cukup signifikan) mereka di kemudian hari.
Sayang, terutama di Indonesia masih banyak orangtua bahkan beberapa professional, belum memahami benar masalah yang menimpa sebagian anak-anak itu. Di Amerika Serikat, 10%-15% anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Padahal, kesulitan semacam ini merupakan kegagalan terbesar anak-anak di sekolah. Karena, anak akan memiliki pandangan diri yang negatif sekaligus merasa kurang kompeten. Selanjutnya, mudah ditebak, anak menjadi bermasalah dalam berperilaku, hatinya selalu cemas, dan langkah-langkahnya menjadi kurang motivasi sehingga tidak optimal dalam melangkah.
Bagaikan efek domino, keterlambatan mendeteksi, otomatis intervensinya menjadi terlambat pula. Akibatnya penanganan (intervensi) orangtua terhadap anaknya jauh dari memuaskan. Indonesia belum memiliki pusat penanganan masalah anak-anak berkesulitan belajar spesifik yang terintegrasi. Bila ada pusat penanganan masalah anak berkesulitan belajar spesifik yang terintegrasi, maka segala informasi temuan terkini dari dunia penelitian yang berkaitan dengan masalah-masalah anak-anak berkesulitan belajar spesifik ini, termasuk cara penanganan dari sudut pendekatan biofisiologi, psikiatri, psikologi, edukatif dan sosial budaya dan lain sebagainya dapat terakomodir.
Kepedulian orangtua dan orang-orang yang berada di sekitar anak berkesulitan belajar sangat penting. Tidak itu saja, anak-anak ini membutuhkan kehangatan serta dukungan lebih dari anak-anak lainnya. Apabila gangguan ini tidak diintervensi sejak dini, dikhawatirkan bisa mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kemampuan akademik dan perilaku sosialnya. Bahkan lebih jauh dapat memicu faktor resiko terjadinya gangguan psikiatrik dan masalah psikososial lainnya yang lebih buruk.
Intervensi bisa dilakukan bila telah diadakan identifikasi. Untuk itu, perlu diadakan observasi, dilakukan oleh beberapa profesional dari segala sisi disiplin ilmu – untuk menentukan jenis intervensi yang akan dilaksanakan. Semua langkah intervensi harus dilaksanakan konsisten, perlu waktu sehingga memerlukan kesabaran dari orangtua. Apa pun intervensi yang telah disepakati, biasanya memerlukan waktu dan perlu persiapan mental dari semua pihak. Konsistensi, kesabaran dan berdoaadalah hal utama yang harus dimiliki dan dilakukan orangtua sebagai faktor utama keberhasilan intervensi.


KATA MUTIARA :

Terlalu sering kita memberi jawaban yang harus dihafal pada anak kita, daripada memberinya persoalan yang harus dipecahkan ( Roger Lewis)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home