My Day

Friday, May 09, 2008

RESENSI BUKU KAWANKU

Resensi Buku

Judul : Pendudukan DPR/MPR (Kesaksian Aktivis ahasiswa 1998)
Penulis : Heru Cokro
Penyunting : Tb.Munawar Aziz

Penerbit : Teraju (Kelompok Penerbit Mizan)
Harga : Rp.32.500
Cetakan : Pertama April, 2008


Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan manusia melawan lupa, begitu kata Milan Kundera. Melalui buku ini penulis hendak membawa ingatan kita kepada perjuangan yang telah dilakukan ketika tuntutan Reformasi terjadi sepanjang tahun 1998. Bertepatan dengan perjalanan Reformasi yang ke 10, buku ini seperti sebuah oase yang menyegarkan ingatan kita untuk terus secara konsisten melakukan perubahan bagi masa depan Indonesia yang lebih baik. Sejarah hendaknya ditulis untuk kepentingan masa kini, karena masa kini penuh dengan persoalan yang bisa dipecahkan dengan memahami sejarahnya pada masa silam.

Dalam buku ini disitir secara intrinsik betapa perjalanan reformasi masih sangat jauh panggang dari api. Kondisi bangsa belum juga menampakan wajahnya yang cerah, situasi kemiskinan, pengangguran, kelaparan bahkan krisis kearah perpecahan bangsa ini saja banyak dijumpai

Ada sebuah moment bersejarah yang terjadi diujung kekuasaan Orde Baru adalah pendudukan gedung DPR/MPR. Tak banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari moment tersebut, selain keterbatasan buku dan dokumen yang ditulis, aksi pendudukan tersebut sepertinya hanya sebuah endapan memori kolektif yang terkubur bersama sang waktu. Padahal ratusan ribu mahasiswa dan jutaan masyarakat menjadi saksi atas peristiwa bersejarah tersebut. Didorong oleh semangat untuk membangkitkan kembali ingatan terhadap perjuangan reformasi dan peristiwa yang menyelubunginya, maka Heru Cokro mencoba mendedah satu persatu data, fakta, dan ingatan tersebut yang ia tuliskan dalam buku ”Pendudukan DPR/MPR”. Sejatinya, perjuangan mahasiswa dalam pendudukan DPR/MPR menyiratkan sebuah usaha besar untuk mempercepat perubahan yang sangat lambat ketika itu. Fakta yang terjadi seperti kerusuhan, penembakan, krisis ekonomi, tak jua menyurutkan niat penguasa Orde Baru untuk segera lengser. Lewat pendudukan ini mahasiswa telah memberikan sebuah pesan yang sangat ampuh yaitu menyampaikan jargon vox populi vox dei kepada penguasa, suara rakyat adalah suara tuhan, begitulah kira-kira. Karena perlu disadari pendudukan itu telah menjelma menjadi sebuah representasi people power.
Sebagai sebuah narasi kecil dari perjalanan bangsa, buku ini mengungkap pengalaman yang telah dilewati dalam Pendudukan gedung DPR/MPR sepuluh tahun silam. Pendudukan DPR/MPR sejatinya adalah sebuah totem atau penanda dalam perjalanan sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia, yang menandai lahirnya gerakan mahasiswa 1998. Aksi Pendudukan ini adalah sebuah titik peristiwa dari sebelangga sejarah yang terjadi di tapal batas kekuasaan rezim orde baru. Buku ini mencoba menjelaskan dialektika yang terjadi dari proses pendudukan DPR/MPR dan mencoba mengungkap peristiwa secara renik (detil). Ulasan mengenai pendudukan gedung DPR/MPR, situasi sosial politik yang menjadi latar belakang pendudukan hingga pendekatan teoritis mengenai proses pendudukan, menjadi sebuah suguhan wacana alternatif yang layak untuk di baca. Selain disuguhkan dalam bahasa yang bergaya naratif, buku ini menawarkan kedekatan (intimacy) dengan peristiwa yang sesungguhnya terjadi, karena penulis dalam buku ini adalah sekaligus pelaku peristiwa.
Pergolakan aktivitas kampus menjelang kejatuhan Soeharto secara paralel mirip dengan tahun 1966. Kondisi politik dalam situasi tidak stabil, krisis ekonomi mencekik rakyat, disusul penembakan dan demonstrasi mahasiswa, hingga tragedi kerusuhan 13-14 Mei 1998. Situasi ini membuat mahasiswa itu mencoba merefleksikan situasi dalam kacamata dirinya sebagai aktifis kampus. Lewat pengalaman ia mencoba menggambarkan suasana yang tengah bergejolak dalam dirinya. Ada kekecewaan, heroisme, pesimisme dan sejumput perasaan lainnya yang bercampur aduk menjadi satu.
Buku ini juga mencoba menggugah ingatan kolektif bangsa Indonesia agar tidak dihinggapi amnesia sejarah dengan mengungkap prospek perjalanan sepuluh tahun reformasi, sekaligus memberi semangat kepada generasi muda untuk terus bahu membahu memberikan kontribusi bagi negara.

Buku ini telah diresensi dalam website : www.jakartapress.comm