My Day

Monday, August 13, 2007

CINTA
Sebuah refleksi diri, rasa cinta manusia …

Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap nafas yang terhembus
Adalah Kata, angan,debur
Dan emosi
Menyatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat
Lidah kita menyatu, maka setiap kata yang terucap
Adalah sabda Pandita ratu
Ah, …diluar itu pasir, diluar itu debu…
Hanya angin meniup saja
Lalu hilang, terbang…
Tak ada
Jiwa ini tandu
Maka duduk saja
Dan akan kita bawa bersama
Karena kita adalah satu…

Wisata

Liburan Yuuk…

Penat dan bosan dengan aktifitas sehari-hari, keluar dari rutinitas beberapa saat untuk berlibur bersama buah hati dan seluruh anggota keluarga sepertinya perlu dilakukan. Tak lama lagi libur panjang datang. Anda yang penat, bosan dan lelah melakukan aktifitas kantor dan sehari-hari memerlukan saat-saat santai dan tentu saja anak Anda pun ingin mendapatkan waktu, perhatian yang lebih oleh ayah-bundanya saat libur sekolah tiba.
Lalu pergi berlibur kemana ya?, agar anak senang dan Anda rileks lalu nanti bisa kembali semangat melakukan aktifitas rutin kembali. Sejumlah tempat wisata seperti museum, kebun, gunung, kampung, kebun binatang, laut bisa Anda dan keluarga jadikan tempat berlibur bersama. Berikut ini, ANAK SPESIAL membantu Anda dan keluarga memilihkan tempat berlibur yang menyenangkan.

Liburan ke Museum

Tak ada salahnyakan, mengajak anak menikmati liburannya ke museum. Selain bisa menikmati liburan wisata budaya, pengetahuan anak pun bisa bertambah. Anda bisa mengajak buah hati pergi berkunjung ke museum yang ada di sekitar Jabotabek antara lain museum bahari,museum wayang, museum layang-layang, museum asmat, museum tekstil. Berikut ini museum-museum yang bisa Anda dan si kecil kunjungi.

Museum Layang-Layang Indonesia
Jl. H. Kamang No.38, Pondok Labu- Jakarta Selatan

Museum Tekstil
Jl. K.S.Tubun No.4, Jakarta Barat

Museum Asmat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur

Museum Bahari
Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta Utara

Berlibur ke Kebun Buah, Gunung Dan BermainTanah Yuk…

Si kecil tentu senang bermain di alam. Alam menjadi laboratorium terluas dan terlengkap, ia bisa mengeksplorasi alam dengan menanam pohon, memetik buah, membuat benda-benda yang disukai si kecil dari tanah liat.
Berlibur di alam sangat menyenangkan, Anda dan keluarga bisa pergi keluar kota. Tempat-tempat wisata alam banyak terdapat di daerah Jawa Barat. Dimana saja sih, tempat wisata alamnya?. Berikut ini tempat wisata yang dapat Anda datangi:


Taman Buah Mekarsari
Jl. Raya Cileungsi-Jonggol Km 3,Cileungsi Bogor

Kebun Wisata Pasirmukti
Jl. Raya Tajur Pasirmukti Km 4, Citereup Bogor

Tanah Baru, Keramik F. Widayanto
JL. Curug Agung No.1 Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Depok.

All About Strawberry
Jl. Cihanjuang Km 2,5 No.13-18, Cimahi-Bandung

Tanah Tinggal
Jl. Merpati Raya No.32 B, Desa Sawah Baru, Jombang Ciputat-Tangerang

Kampung Desa Cinangneng
Jl. Babakan Kemang RT1, RW 2 Cihideung Kelurahan Cihampea, Bogor( Letaknya 1 km dari kampus IPB, Dermaga)

Anak Pun Bisa Dikenalkan Jenis Binatang

Berlibur gak hanyaberjalan-jalan saja, Si kecil Anda bisa saja dikenalkan aneka jenis satwa. Ada monyet yang masuk dalam jenis hewan primata, aneka jenis ikan , aneka satwa liar Indonesia. Lalu, kemana ya jika Anda ingin mengenalkan buah hati Anda akan kekayaan satwa Indonesia?. Anda bisa mengajaknya pergi ke beberapa tempat berikut ini:

Pusat Primata Schmutzer
Taman Margasatwa Ragunan, Jl.Harsono RM No.1, Ragunan-Jakarta Selatan

Sea World Indonesia
Taman Impian Jaya Ancol, Jl. Lodan Timur No.7, Jakarta Utara

Taman Safari
Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor.

Mmh…banyak sekali alternative tempat berlibur Anda dan keluargakan?, yang terpenting saat melakukan perjalanan berlibur pastikan kendaraan Anda dalam kondisi baik. Lalu ajaklah pengasuh atau kerabat yang bisa membantu Anda mengurus dan mengawasi buah hati Anda.
Siapkan informasi penting dan jelas tentang tempat tujuan berliburAnda, bawa selalu perbekalan makanan dan minuman buat Anda dan si kecil, jangan lupakan kotak P3K dan bawalah mainan anak agar anak tidak bosan saatdi perjalanan. Selamat bersenang-senang. Ismayanti

Life Style

Pojok Tips
Shopping Yuks…

Belanja alias shopping biasanya didorong oleh mood Anda yang dilakukan dalam melepaskan kejenuhan sehari-hari. Sejumlah penelitian menunjukan, bila Anda mulai berpikir untuk belanja alias shoping, otak Anda menghasilkan dophamine.
Apa itu dophamine?, zat kimia yang memicu perasaan bahagia. Menurut Gregory Berns ahli neuroscientist dari Universitas Emory menjelaskan bahwa zat kimia tersebut menjadikan Anda jadi sibuk berbelanja( sehingga Anda terselamatkan dari rasa bersalah prilaku konsumerisme).Namun terkadang ada juga orang yang tak terpuaskan belanjanya dengan window shopping. Buat Anda yang ShopAcoholic. Michelle Hayes, personal shopper di New York memberikan tipsnya untuk Anda.

1. Pahami betul yang Anda butuhkan, hal tersebut dilakukan agar tak terjadi pembelian
barang-barang sampah yang tak berguna bagi Anda.
2. Jangan menyimpang, belilah barang yang betul-brtul diperlukan dan tidak asal beli.
3. Make it personal, kenal baik dengan pelayan toko memberikan satu keuntungan bagi
Anda, sehingga Anda dapat memperoleh informasi megenai barang-barang yang Anda
perlukan.
4. Perhatikan hal-hal kecil
5. Saat shopping, tak ada salahnya mengajak sahabat Anda.

Tumbuh Kembang Anak

Intervensi Pada Anak Berkebutuhan Khusus, Perlukah?

Tuhan menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang sudah Tuhan lakukan, tak ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan anak berkebutuhan khusus. Maka seharusnya orangtua dan masyarakat sekitar pun harus dapat menerima dan memahami masalah yang dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus ini, misalnya masalah akan kebutuhan sosialisasi, pendidikan, makanan dan gizi serta banyak lagi. Mungkin dalam benak kita selalu bertanya, apa sih anak berkebutuhan khusus?, identikkah anak-anak ini dengan keterbatasan fisik dan phisikis yang mereka miliki?.

Mungkin banyak dari Anda yang tidak tahu bahwa sebenarnya anak dengan berkebutuhan khusus tak hanya terlepas pada anak LD, ADHD, autisme saja namun juga termasuk didalamnya ada anak yang mengalami degradasi mental (down sindrom), tuna grahita, tuna wicara, tuna rungu. Mereka layaknya anak-anak normal pun berhak untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka perlukan, misalnya pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus ini, terkadang banyak orangtua yang belum memahami kondisi anak-anaknya. Para orangtua ini terkadang lupa bahkan menganggap bahwa anak-anak mereka tidak berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya saja masalah Romi, Bu Dewi ibu dari Romi selalu saja berkeluh kesah akan masalah anaknya. “Sekolah belum genap tiga bulan, sayasudah bolak-balik dipanggil guru tentang perilaku Romi di kelas.Ya, pusing, malu, kesal, bingung, campuraduk rasanya saat itu.Macam-macam keluhan guru tentang anak saya,”ungkapnya.
Pengalaman ibu Dewi, menjadi salah satu contoh permasalahan yang bisa saja dialami oleh banyak anak di sekolah dan orangtua lainnya. Terlebih diawal anak mulai memasuki ‘dunia baru’ pada masa balita.Ibu Dewi cukup beruntung karena segera peka terhadap situasi anaknya. Kepekaan dan sikap penerimaan yang wajar atas adanya permasalahan yang timbul dalam masa perkembangan, dapat menjadi modal berharga bagi upaya lanjut penanganan permasalahan belajar.Sikap ini menjadi langkah pembuka bagi upaya penanganan maupun penanggulangan permasalahan anak. Inilah awal dimana upaya intervensi dini penanganan permasalahan perkembangan dan belajar dapat dilakukan.

Apa Itu Intervensi Dini?

Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anakmereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya. Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif).
Indri Savitri, Psi dari LPTUI, Jakarta menjelaskan bahwa Intervensi dini adalah menelaah, mengamati perkembangan anak pada usia dini, antara 0-2 tahun. Dilihat apakah perkembangan anak ini masih masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi, patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, bagaimana anak merespon apa yang dilakukan orangtua terhadap anak. Juga dapat dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak.

Efektifitas Intervensi Dini Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan khusus, secara garis besar kesulitan belajar dapat dapat dimasukan ke dalam 2 kelompok, yang pertama adalah kelompok kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan kelompok lain adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).Kesulitan belajar akademik menunjuk pada penyesuaian perilaku social.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Kepekaan orangtua menangkap adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta , pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau berkebutuhan khusus berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.

Jenis Layanan intervensi Dini dan Pemberlakuan Terapi

Berbagai layanan intervensi dini yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya antara lain instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan keluarga, layanan penglihatan, teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan perawatan, audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis. Layanan-layanan tersebut dapat dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit.
Lebih lanjut Dr.Tjhin menjelaskan bahwa sebaiknya orangtua perlu berkonsultasi dengan tim intervensi dini anaknya agardapat maksimal mengatasi anak mereka, biasanya menurut Dr. Tjhin dalam satu tim intervensi dini tersebut terdiri dari dokter anak, psikiatri anak, psikolog perkembangan anak, ahli nutrisi, terapis dan bila memang diperlukan oleh anak maka dokter neurology anak dan dokter rehabilitasi medis juga harus ada.
Para ahli tersebut bekerjasama dengan terapis wicara, terapis perilaku, terapis okupasi maupun orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya, jika kemudian diketahui adanya permasalahn dalam perkembangan anak. Namun itu semua berpulang pada kondisi kebutuhan anak. Kegiatan pemberian perlakuan yang tersusun secara sistematis dan terstruktur dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dimulai dari pengumpulan data penilaian perkembangan anak, data selanjutnya diolah untuk melihat kedudukan anak dalam situasi perkembangan umum lalu orangtua atau pengasuh diberi pengarahan lalu pemberian metode intervensi dini bagi anak, pemberlakuan tindakan ini perlu dicermati agar berhasil.
Metode intervensi dini bagi kesulitan belajar perkembangannya sampai saat ini belum terstruktur secara khusus.Berbeda dengan anak-anak penyandang down sindrom, penyandang autistic spectrum disorder (ASD), penyandang Cerebral Palsy (CP) dan lainnya yang sudah memiliki program terstruktur dengan lembaga pendidikan maupun layanan intervensi dini yang khusus.Anak berkebutuhan khusus (ABK), penanganan intervensi dininya seperti ‘ada dan tiada’, karena mereka tersebar di lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini umum dan mendapatkan perlakuan umum yang tentu saja kurang menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya.
Untuk jenis masalah kebutuhan khusus anak, pemberlakuan layanan intervensi dini pada jenis masalah anak berbeda, misalnya saja anak yang mengalami masalah autisme perlu melakukan deteksi dini sejak dalam kandungan, deteksi dini saat anak dilahirkan hingga usia 5 tahun melalui cara pengamatan maupun skrening, dengan cara CHAT (Checklist Autism in Toddlers, biasanya dilakukan pada anak diatas usia 18 bulan).
Sedangkan pada anak ADHD maka bentuk intervensi dininya dapat dilihat dari gejala perilaku anak sehingga bentuk terapinya antara lain Terapi medikasi atau farmakologi, Terapi nutrisi dan diet, terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas logam berat. Pemberlakukan terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur.


Penting bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar melakukan terapi secara holistic atau menyeluruh, penanganannya sendiri terang Dr Thjin dan psikolog Indri Savitri hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu. Sehingga masa transisi anak ke prasekolah dapat mulus terlaksana. Suatu rencana harus dibuat guna melancarkan transisi dari layanan intervensi dini ke prasekolah saat anak berusia 3 hingga 4 tahun.
Masa ini adalah masa bagi pihak sekolah untuk melakukan evaluasi komprehensif. Apakah anak memenuhi syarat masuk prasekolah atau tidak. Dilakukannya intervensi dini pada anak,setidaknya membantu orangtuadalam proseskegiatan pendidikan anak mereka kelak. Namun sayangnya, menurut DrThjin dan psikolog Indri Savitri sekolah bagi anak prasekolah di Indonesia belum ada. Padahal idealnya, sebelum anak memasuki usia sekolah, maka intervensi dini prasekolah perlu dilakukan. ISMA

X 1

Orang-orang di Sekitar Berikan Angin Surga

“Andai saja itu terjadi saat ini. Barangkali ceritanya akan lain. Profesional (dokter, psikolog, guru dan terapis) yang peduli dan memahami anak-anak berkesulitan belajar spesifik belum sebanyak dua dekade yang lalu.” Sepenggal cerita tersebut dituturkan oleh Erwin dan Heryati, sebut saja begitu, pasangan yang dikaruniai anak semata wayang berkesulitan belajar spesifik. Tepatnya ADHD (attention deficit and hyperactivity disorder) dengan aroma sedikit autisme.
Bisa dibayangkan, betapa pusing tujuh keliling pasangan tersebut dibuat oleh “ulah” buah hatinya. “Biasa, anak laki-laki kan memang suka begitu!” kata salah seorang dokter yang masih terbilang keluarga.“Dulu kamu juga seperti itu, sulit diajak berbicara!” tutur ibu Erwin menasehati.
Sejumlah komentar dan nasehat selalu terlontar bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Intinya sih memberikan angin surga terhadap kondisi buah hati.Ada baiknya bila orangtua jangan lekas pesismis, namun justru berpikir bahwa itu merupakan tantangan. Jangan berhenti mencari informasi. Kini, perkembangan penanganan kesulitan belajar spesifik sudah sangat komprehensif. Di Amerika misalnya telah memadukan berbagai pendekatan disiplin ilmu, seperti bio-fisiologi, psikiatri, psikologi, edukatif dan beberapa disiplin ilmu lainnya. Dipercaya, intervensi dini secara multidisiplin ini telah bisa membantu anak-anak berkesulitan belajar spesifik mampu menjalani kehidupan secara produktif sehingga meningkatkan kualitas hidup (cukup signifikan) mereka di kemudian hari.
Sayang, terutama di Indonesia masih banyak orangtua bahkan beberapa professional, belum memahami benar masalah yang menimpa sebagian anak-anak itu. Di Amerika Serikat, 10%-15% anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Padahal, kesulitan semacam ini merupakan kegagalan terbesar anak-anak di sekolah. Karena, anak akan memiliki pandangan diri yang negatif sekaligus merasa kurang kompeten. Selanjutnya, mudah ditebak, anak menjadi bermasalah dalam berperilaku, hatinya selalu cemas, dan langkah-langkahnya menjadi kurang motivasi sehingga tidak optimal dalam melangkah.
Bagaikan efek domino, keterlambatan mendeteksi, otomatis intervensinya menjadi terlambat pula. Akibatnya penanganan (intervensi) orangtua terhadap anaknya jauh dari memuaskan. Indonesia belum memiliki pusat penanganan masalah anak-anak berkesulitan belajar spesifik yang terintegrasi. Bila ada pusat penanganan masalah anak berkesulitan belajar spesifik yang terintegrasi, maka segala informasi temuan terkini dari dunia penelitian yang berkaitan dengan masalah-masalah anak-anak berkesulitan belajar spesifik ini, termasuk cara penanganan dari sudut pendekatan biofisiologi, psikiatri, psikologi, edukatif dan sosial budaya dan lain sebagainya dapat terakomodir.
Kepedulian orangtua dan orang-orang yang berada di sekitar anak berkesulitan belajar sangat penting. Tidak itu saja, anak-anak ini membutuhkan kehangatan serta dukungan lebih dari anak-anak lainnya. Apabila gangguan ini tidak diintervensi sejak dini, dikhawatirkan bisa mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kemampuan akademik dan perilaku sosialnya. Bahkan lebih jauh dapat memicu faktor resiko terjadinya gangguan psikiatrik dan masalah psikososial lainnya yang lebih buruk.
Intervensi bisa dilakukan bila telah diadakan identifikasi. Untuk itu, perlu diadakan observasi, dilakukan oleh beberapa profesional dari segala sisi disiplin ilmu – untuk menentukan jenis intervensi yang akan dilaksanakan. Semua langkah intervensi harus dilaksanakan konsisten, perlu waktu sehingga memerlukan kesabaran dari orangtua. Apa pun intervensi yang telah disepakati, biasanya memerlukan waktu dan perlu persiapan mental dari semua pihak. Konsistensi, kesabaran dan berdoaadalah hal utama yang harus dimiliki dan dilakukan orangtua sebagai faktor utama keberhasilan intervensi.

KATA MUTIARA :

Terlalu sering kita memberi jawaban yang harus dihafal pada anak kita, daripada memberinya persoalan yang harus dipecahkan ( Roger Lewis)

August,12 2007/ Tangerang
Kehidupanku di Titik Nol Sebagai Anak Manusia

Saat dalam rahim bunda, garis dan nafas kehidupanku telah diberikan Tuhan. Memasuki Nol bulan kehidupanku sebagai anak manusia pun dimulai. Beranjak dari titik nol, aku pun memasuki angka 1 dalam kehidupanku. Aku pun mulai merasakan banyak hal seperti tumbuh kembang, nikmati kasih sayang orangtua, lingkungan tempatku dibesarkan dan saudara-saudaraku. Tak hanya itu, aku pun mulai mempelajari deretan huruh dan angka dan pengetahuan yang mulai kudapati dari mana saja.Titik nol hingga akhirnya aku memasuki babak baru kehidupanku sebagai anak manusia yang beranjak dewasa tepat saat usiaku memasuki titik 22, 5 tahun.
Sebuah angka yang cukup muda dan penuh dengan energi bagi anak manusia. Sebuah masa peralihan dari remaja menuju masa dewasa. Berbagai peristiwa kehidupan mulai kujalani dan kurasakan. Berhasilnya aku menyelesaikan pendidikan akademis di perguruan tinggi bahkan kehidupan baru dalam dunia kerja yang menuntut rutinitas, tanggung jawab profesionalitas hingga kehidupan percintaanku sebagai sosok wanita dewasa. Pekerjaan yang kugeluti sebagai seorang jurnalis, selalu bersinggungan dengan idealisme, norma, social budaya, humanisme dan sejumlah aliran lainnya yang membuat pusing kepalaku.
Ha..ha…3x…hidupku yang complicated. Beranjak dari usia belia menuju masa dewasa, perlahan namun pasti mulai kutapai usiaku yang kini bernajak menuju 27 tahun kehidupanku di dunia. Dunia pekerjaan, dunia percintaanku pun berwarna-warni. Rasa kekagumanku, simpatiku, lalu muncullah rasa cinta kasih terhadap laki-laki yang masuk dalam babak kehidupanku sebagai wanita dewasa. Pekerjaanku pun kurasa tak bermasalah. Perlahan namun pasti pekerjaanku cukup menjanjikan. Ya…ya…bekerja sebagai seorang jurnalis, penulis dan penanggung jawab rubric disebuah majalah bagiku yang belum genap berusia 27 cukup menyenangkan dan memberiku sebuah prestise.
Aku pun dengan perlahan namun pasti mulai mencari nilai-nilai Ketuhanan ( religi) dalam keseharianku. Hingga akhirnya kuputuskan untuk hijrah dan mengenakan hijab dan busana muslim neutupi tubuhku. Yaa…raga yang mudah rapuh, pemberian Dia..Yang Mencipta Jagad dunia ini.Entah kenapa…Apakah ini awal dari rasa kesombonganku sebagai makhluk lemah…dan hati yang dipenuhi dengan ambisi…membuatku tak lagi berpikir matang akan keputusan singkat resign dari kantor tempatku berkarya. Yap…sekali lagi aku terbujuk rayuan dan iming-iming teman untuk bersama mereka membuat sebuah media baru.
Tuhan…iam so stupid. Kebodohan, emosional menghancurkan segalanya. Karirku pun ‘mati suri’. Kehidupan asmaraku pun kandas. Orang yang kusayangi pun berkali-kali menghianatiku…kebohongan, kata-kata rayuan bak pujangga dan kemunafikan datang menerpa kehidupan asmaraku. Aku menangis…ya…kini aku hanya dapat menangisi semua yang tlah terjadi.Tak tahan Lagi kupendam masalah ini, refleks…jari jemariku pun memutar sederetan angka dan diujung pesawat telepon akhirnya kudengar suaranya. Yap…suara sahabat yang tlah lama hilang. Berceritaku pun pada sahabat…
“Sahabat, iam so stupid…tangisku memecah keheningan.”” Hei…ada apa ini?, ceritalah padaku apa yang menjadi beban perasaanmu,” imbuh sahabat. Berceritalah aku tentang serangkaian peristiwa dalam kehidupanku. Aku merasa tertipu…jeritku pada sahabat.Kini aku terhempas ke titik NOL, titik nol dalam karir dan asmara. “Mmmmh…sahabat pun bergumam”. Sahabatku pun berujar, “ Porsi manusia Cuma bisa berikhtiar, selama kita tidak berhenti belajar kenapa kau tidak mencoba lagi?.Kamu bukanlah orang yang gagal, semua kembali lagi pada diri kita dan kita pasti bisa lebih bersyukur memiliki banyak pengalaman dan harus tetap optimis”. Yah…Titik Nol bukanlah sebuah kegagalan…justru dari Nol lah..semuanya berawal…baik atau buruk semua berpulang pada diriku sendiri…